Banten - Menyikapi pernyataan Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) terkait rencana pembahasan suntik mati PLTU Suralaya pada beberapa waktu lalu mengundang berbagai reaksi, salah satunya yaitu dari yayasan pemerhati lingkungan Banten Antisipator Lingkungan Hidup Indonesia atau yang lebih dikenal dengan BALHI.
Ketua yayasan BALHI Hery A Sukri menyatakan dukungannya terhadap rencana tersebut.
"Kami dari BALHI tentunya akan mendukung LBP terkait pernyataannya tentang rencana suntik mati PLTU Suralaya karena menimbulkan banyak polusi," ucap Hery saat ditemui di kantornya, Kamis (22/8).
Ia juga menjelaskan jika konteks suntik mati PLTU Suralaya lebih mengarah ke Plant yang usang tekhnologi, jadi tidak semua plant yang mesti di suntik mati.
"Seperti kita ketahui, PLTU Suralaya sedang membangun plant baru yaitu plant 9-10. Dan plant tersebut mengadopsi teknologi Ultra-Super Critical dan sistem penanganan polusi gas buang yang canggih. Teknologi Ultra Super Critical memungkinkan pembangkit ini menghasilkan listrik secara effisien dan cost efficient karena membutuhkan jumlah batubara dan fuel oil yang lebih sedikit dari sistem pembangkit lainnya. Penggunaan batubara yang lebih sedikit menghasilkan polusi yang lebih sedikit pula, jadi niat upaya suntik mati PLTU Suralaya adalah mentransformasikan PLTU Suralaya tersebut ke yang lebih Efektif, Efisiensi dan lebih ramah lingkungan hidup," jelasnya.
Lebih lanjut, Hery menilai jika PLTU Suralaya di plant yang sudah usang teknologi, dengan dampak polusi yang tinggi di atas ambang batas aturan pemerintah.
"Dengan cost yang tidak efisien atau kurang efektif penghasil energi listriknya, maka layak untuk di suntik mati.
"Pak Luhut karena memang Menteri Koordinator pastinya sangat tahu itu sehingga mengeluarkan kebijakan dengan berbagai pertimbangan, sehingga sudah dikaji olehnya dari berbagai segmentasi," pungkas Hery.
« Prev Post
Next Post »